Jumat, 24 Juni 2011

Manga Lagi Aaah...

Hwaaaaahhhh...

Akhirnya gue berhasil manggambar manga dengan ekspresi sedih. Padahal gambar ini gue bikin cuma buat iseng-iseng aja karena ga ada kerjaan pas libur semester. Ga disangka ternyata hasilnya lumayan. Seneng banget gue. Ini pertama kalinya gue gambar model mata kaya gitu. Sayangnya gue ga bisa lagi gambar model mata yang persis kaya gitu. Itu kelemahan gue. Mungkin gue perlu banyak latihan buat ningkatin kemampuan menggambar gue.

Hwaiting!!!

Manga ^_^

Ga biasanya gue gambar manga dengan cepet, tapi pas gue lagi gambar manga ini gue ngerasa enjoy dan semangat banget. Akhirnya gambar ini berhasil dibuat dengan cepat. Hahaha...

Gue suka sama gambar gue yang satu ini.

Yang ada di pikiran gue saat menbuat manga ini adalah sosok gadis yang manis namun apa adanya banget. Ga terlalu mementingkan penampilan namun tetap terlihat manis secara alami. Ini sosok favorit gue. Berasa keren banget. haha...


Gue pengen menjadi sosok wanita seperti gambar gue ini, tampil alami namun tetap menawan. :p

Kamis, 09 Juni 2011

FanFic Minho


Fanfic ini gue buat dalam rangka mengikuti lomba fanfic di salah satu fan page di facebook. Salah satu syarat lombanya adalah tokoh utamanya harus Minho SHINee. Yah...walopun ga menang tapi gue udah cukup puas karena berhasil menyelesaikan fanfic pertama gue. Jadi pengen bikin fanfic lagi. ehehehe

Say LOVE with RAMEN

Namaku Kim Hye Kyo, aku terkenal dengan sebutan si ‘gadis ramen’ di sekolah karena hampir setiap hari sepulang dari sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk makan ramen  tak peduli hari hujan, panas, atau pun dingin. Hampir setiap kedai ramen di sekitar sekolah sudah aku masuki dan kali ini aku mencoba ramen di kedai ramen “Oishi” dekat setasiun di jantung kota Seoul. Ramennya sangat enak, aku paling suka makan ramen rasa original dengan kuah shoyu ekstra pedas dengan banyak nori. Nyammm...
Di kedai ramen inilah aku pertama kali bertemu dengannya. Dia itu adalah laki-laki yang baru  aku amati selama 2 minggu ini. Wajahnya begitu tampan dan mungil, matanya besar bercahaya, rambutnya hitam pendek, kulitnya putih, dan badannya tinggi. Dari raut wajahnya terlihat bahwa dia adalah pribadi yang hangat dan bersahaja. Dia selalu duduk sendirian di meja nomor 10 di bagian sudut kedai. Dengan sabar dan tenang dia menunggu pesanan ramennya, tak peduli seberapa lama pesanannya datang. Ramen dengan kuah kari adalah ramen yang sering dipesannya. Sepertinya dia lebih tua dariku karena aku tak pernah melihatnya memakai seragam sekolah. Yang dipakainya hanya pakaian santai, namun saat hari selasa dan kamis dia memakai kaus bola berwarna biru bernomor 10 dengan jaket biru yang menutupi kaus bolanya. Sempat terpikir olehku bahwa dia adalah seorang atlit sepak bola. Ingin rasanya aku duduk di sampingnya dan bertanya siapa namanya. Semoga Tuhan memberikan aku kesempatan untuk berkenalan dengannya.
Hari ini pun aku datang ke kedai ramen dekat setasiun seperti biasanya. Tak disangka hari ini kedainya penuh sekali. Hanya tersisa satu meja, yaitu meja nomor 10 di sudut kedai dengan 2 bangku yang berhadapan. Apa boleh buat, demi memakan semangkuk ramen aku beranikan diri untuk duduk di sana. Belum lama aku menunggu pesanan tiba-tiba ada seorang laki-laki bertanya padaku apakah dia boleh duduk semeja denganku. Oh Tuhan, ternyata dia itu adalah laki-laki yang selama ini aku amati setiap hari. Aku sempat terdiam sesaat memandang wajahnya. Masih dengan rasa tak percaya dan dengan terbata-bata aku mempersilahkannya duduk. Dia tersenyum, meletakkan tasnya dan duduk di depannku. Kemudian kami pun berkenalan. Namanya adalah Choi Minho, seorang mahasiswa di Konkuk University. Dia sangat menyukai olah raga terutama sepak bola. Makanan kesukaannya adalah ramen, sama sepertiku.
Semakin sering aku makan ramen di kedai itu, semakin sering pula aku bertemu dengannya. Dan kini tepat satu bulan dari awal pertama kali aku memperhatikannya. Sekarang kita selalu duduk di meja yang sama dan jadi semakin akrab. Walaupun usia kami terpaut 2 tahun, tapi kami berbincang layaknya teman sebaya dan kami pun saling bertukar nomor ponsel. Aku tidak ingin cepat-cepat menghabiskan ramenku walaupun sebenarnya aku bisa menghabiskan semangkuk ramen dalam waktu kurang dari 10 menit. Ini semua kulakukan agar bisa berbincang lama dengannya. Aku selalu menunggunya menghabiskan ramen dan kemudian pergi meninggalkanku sendiri. Namun, hari ini agak berbeda dari biasanya. Kali ini dia yang menungguku menghabiskan ramen. Setelah ramenku habis dia mengajakku untuk pulang bersama. Kami menaiki bis yang sama. Begitu tiba di halte dekat rumah, aku turun lebih dulu sedangkan dia masih di dalam bis menunggu untuk turun di halte berikutnya. Sebelum turun aku menyempatkan untuk melambaikan tangan padanya lalu dia membalasnya dengan sedikit lambaian tangan sambil tersenyum hangat. Melihat senyumnya membuat jantungku berdebar-debar tak karuan. Inikah cinta?
Hari berikutknya kami masih saling bertemu dan makan ramen bersama. Belum sempat kami  menghabiskan ramen, hujan turun dengan lebatnya.Sungguh sial, ternyata aku tidak membawa payung karena kupikir hari ini akan cerah. Melihat wajahku yang panik Minho berkata, “Tenang saja, aku bawa payung kok. Nanti kamu akan aku antar pulang sampai depan rumahmu”.
OMG!!! Rasanya jantungku mau copot. Tak kusangka hal seperti ini akan terjadi padaku. Ini pertama kalinya ada laki-laki yang mau mengantarkan aku pulang sampai rumah. Terima kasih Tuhan....
“Apa tidak merepotkanmu? Kamu nanti bisa terlambat sampai rumah”.
“Tak apa. Lebih baik jika kita pulang bersama. Lagi pula aku ingin tahu rumahmu”. Jawabnya sambil tersenyum.
                Benar saja, Minho mengantarkanku pulang hingga ke rumah. Setelah melambaikan tangan sambil tersenyum manis seperti biasanya, dia pun pergi. Sepayung dengan Minho membuatku merasa sangat senang. Sepanjang jalan menuju rumah kami banyak bercerita tentang kehidupan di keluarga kami masing-masing. Ternyata Minho adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya laki-laki, ayahnya seorang pelatih sepak bola, dan ibunya adalah ibu rumah tangga biasa. Semakin jauh aku mengenalnya, rasa suka ini semakin dalam.
                Semenjak hari itu, Minho selalu mengantarkan aku pulang sampai ke rumah setelah kami selesai makan ramen. Terkadang dia juga membungkuskan seporsi ramen untuk adikku Kim Ha Sun yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Dia cepat sekali akrab dengan adikku. Sepertinya dia senang dengan anak-anak. Dan sepertinya adikku juga menyukainya. Aku jadi penasaran apakah sebenarnya dia menyukaiku atau hanya menganggapku sebagai teman saja. Ingin sekali aku memastikannya, tapi aku takut jika nanti harus mendengar jawaban yang menyakitkan hati.
                Setelah memikirkannya semalaman, akhirnya kuputuskan untuk menyatakan perasaanku yang sesungguhnya kepada Minho. Kami janjian hari ini jam 5 sore di kedai ramen langganan kami. Aku begitu gugup dan menunggunya di meja nomor 10. Dua jam telah berlalu, Minho juga belum datang. Aku mulai khawatir, tanganku dingin dan gemetar, kucoba menghubunginya namun tidak bisa. Kenapa dia belum datang juga? Tak biasanya seperti ini. Tenang Hye Kyo, dia pasti datang, dia pasti datang, dia PASTI datang. Sudah jam 10 malam, kedai sudah mau tutup, tapi dia belum datang juga. Aku cemas, jangan-jangan dia tau kalau aku menyukainya dan berusaha untuk menghindar.
                Kedai pun akhirnya tutup dan aku terpaksa pulang dengan hati sedih. Sepanjang jalan menuju rumah aku terus memikirkannya, kaki ini begitu lemas untuk melangkah, hati ini terasa sakit sekali dan air mata pun menetes. Aku sudah tak peduli lagi jika banyak orang melihatku yang sedang menangis ini dengan tatapan heran. Dasar bodoh, harusnya aku sudah tau dari awal bahwa kakak tak suka padaku. Apa yang bisa dibanggakan dari anak sekolah sepertiku ini? Dia pasti lebih menyukai tipe gadis yang  feminim dan sebaya dengannya. Cinta bertepuk sebelah tangan ternyata sungguh menyakitkan.
                Lelah menangis aku pun tertidur di kasur yang dipenuhi dengan tisu. Kriiiiingggg... Tiba-tiba  ponselku berbunyi. Dengan mata sembab karena menangis, kucoba membaca SMS yang masuk.                                                                                              ‘Cepat lihat ke bawah sekarang’. Begitu bunyi SMS itu. Rupanya itu SMS dari Kak Minho. Seketika itu juga aku bangkit dari tempat tidur dan langsung membuka jendela kamarku yang terletak di lantai dua. Tampak di bawah sana Minho dan......................................................... Mataku terbelalak.                                                                                                                                     Oh, Tuhan! Ada 32 mangkuk ramen membentuk kata I ♥ U dengan Minho di tengah lambang ‘cinta’ itu. Dia tersenyum, mengangkat kedua tangannya ke atas dan membuat lambang ‘cinta’. Seketika itu juga air mataku menetes. Tanpa pikir panjang aku berlari turun untuk menemuinya.
                “Kenapa kakak baru datang sekarang? Aku menunggu kakak sampai kedai tutup.” ucapku masih berlinang air mata. Penampilanku begitu kusut dan berantakan.
            “Maaf, sebenarnya aku ingin mebuat kejutan untukmu. Tak kusangka kalau kamu akan menungguku selama itu.”
                “Kakak jahat...” Sambil terisak-isak aku berusaha menghapus air mata ini dengan kedua tanganku. Kemudian Minho datang menghampiriku, mengusap kepalaku, memelukku dengan hangat kemudian berkata, “Maafkan aku. Aku menyukaimu.” Kata-kata itu terdengar sangat merdu di telingaku dan membuat tangisanku semakin menjadi-jadi.
Setelah tenang, kami duduk berdua di depan teras rumahku sambil memakan ramen yang tadi. “Kakak tau tidak, aku sudah lama menyukai kakak dan sebenarnya saat di kedai ramen aku ingin mengungkapkan perasaanku pada kakak. Ternyata kakak malah tidak datang. Huh”.
“Haha. Maaf maaf. Sebenarnya aku sudah menduga kalau kamu akan menyatakan perasaanmu padaku, tapi aku tidak suka jika seorang gadis menyatakan perasaannya padaku lebih dulu. Makanya aku tidak datang dan memilih membuat kejutan untukmu supaya aku bisa menyatakan perasaanku padamu lebih dulu. Itu akan terlihat lebih jantan”.
“Jadi selama ini kakak sudah tau kalau aku menyukai kakak?!”
“Sebenarnya akulah yang menyukaimu lebih dulu. Entah kamu ingat atau tidak. Saat pertama kali aku melihatmu, kamu adalah orang baru di kedai ramen ‘Oishi’. Kamu makan ramen dengan sangat cepat dan begitu selesai kamu langsung berlari keluar kedai. Terlintas di pikiranku kalau kamu adalah gadis yang sangat menarik dan semenjak itu aku jadi selalu memperhatikanmu dari sudut ruangan.”
                “Ah, ternyata kakak memperhatikanku dari awal aku datang ke kedai ramen, kakak juga tau kalau aku makannya sangat cepat.”  
                “Tentu saja. Saat kamu makan ramen dengan lahap, kamu terlihat sangat manis. Oh iya, kamu belum menjawab pernyataan cintaku yang tadi. AKU MENYUKAIMU.” Senyum terkembang di wajahnya yang tampan.
                Tentu saja jawabanku iya. “AKU juga MENYUKAI kakak....”
Mungkinkah ini nyata? Ataukah hanya mimpi? Aku masih tak percaya bahwa cintaku ternyata terbalaskan dengan indahnya. Inikah yang disebut ‘Ramen Cinta’??? Rasanya sangat lezat hingga merasuk ke hatiku. Haha...
~THE END~


Setelah gue baca kembali fanfic ini kayanya alur ceritanya agak maksa sedikit. maklum lah fanfic pertama. Smoga fanfic gue brikutnya bisa lebih baik lagi ceritanya. HWAITING!!!

ANTI NARKOBA !!!

blogger bersaudara