Sebelum ujian semester 5 gue dapet libur selama kurang lebih 1 minggu. Kesempatan ini langsung gue pake buat jalan-jalan ke kampung halaman nyokap gue di Desa Rumaju, Palopo, Sulawesi Selatan. Kira-kira 6 jam perjalanan dengan mobil dari Bandar Udara Sultan Hassanudin Makassar.
Udara di sana sangat bersih. Beda banget sama udara di Jakarta yang udah tercemar polusi. Lingkungannya masih alami. Banyak banget pohon durian, pohon jambu mete, dan pohon coklat.
[28-12-2011] gue beserta keluarga jalan-jalan ke Tana Toraja. Horeeee.....
Untuk sampai di Tana Toraja, kami harus menempuh perjalanan panjang mengelilingi gunung dengan pohon-pohon besar berkabut. Namun lelahnya perjalanan terbayar sudah ketika kami sampai di salah satu obyek wisata di Tana Toraja. Kalo ga salah namanya Ke'te Kesu.
Di Ke'te Kesu banyak Tongkonan dan lumbung padi. Beberapa meter di belakang perkampungan ini ada situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan Tau tau dalam bangunan batu yang diberi pagar.
Ini nih, yang namanya Tau tau. Gue ngambil fotonya ga terlalu jelas, sangat disayangkan. hueehh...
Tau-Tau adalah replika atau tiruan dari orang Toraja yang sudah meninggal. Tau tau itu memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Bentuknya kaya boneka kayu. Tapi ga ada lucu-lucunya sama sekali. Lebih cenderung ke serem malah. Untung aja mereka
ga bisa hidup kaya di film "Chucky". haha

Nah, gambar di samping ini adalah kuburan yang letaknya di tebing. Jenasah orang yang sudah meinggal diletakkan ke dalam peti kayu. Gambar peti kayu yang gue ambil ini kayanya usianya udah tua banget. kayunya udah lapuk dan di dalamnya cuma tersisa tulang belulang yang berserakan. Tuh liat aja, tengkorak tengkoraknya aja udah kemana-mana. Gue takut mau ambil fotonya dari deket. Jadinya begini doang deh. hehe...
Dari informasi yang gue dapet di internet, jenasah orang yang meninggal tidak langsung dikuburkan, tetapi disimpan di Tongkonan. Sebelum dilakukan upacara penguburan, jenasah tersebut dianggap sebagai 'orang sakit'. Supaya tidak busuk, jenasah dibalsem dengan ramuan tradisional semacam formalin, yang terbuat dari daun sirih dan getah pisang. Peti mati tradisional Toraja disebut 'erong', berbentuk babi untuk perempuan dan kerbau untuk laki-laki. Untuk bangsawan, erong dibuat berbentuk rumah adat.
Sebenernya gue liat peti mati untuk bangsawan yang berbentuk rumah adat, sayang sekali ga gue foto. huhu....
Di sisi kiri rumah dipasang rahang kerbau yang pernah disembelih, sedangkan di sisi kanan dipasang rahang babi.
Inilah gue dan ade gue yang berpose dengan rahang kerbau di samping kiri Tongkonan. hehe...
Di depan Tongkonan terdapat lumbung padi. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari. Sungguh unik.
Abis puas jalan-jalan ngeliat Tongkonan, ga lengkap kalo ga beli buah tangan alias oleh-oleh buat temen-temen kampus gue yang tercinta. haha
Gantungan kunci khas Toraja yang berbentuk lumbung padi gue pilih sebagai buah tangan .
Berakhirlah perjalanan gue di Toraja. Perjalanan yang sangat menyenangkan karena selain dapet hiburan, gue juga dapet banyak pengetahuan baru. Ayo visit Tana Toraja~~~